
All My Heart So Sorry...
{ Leonardo, Ivana,Tania, Yolla,
Windha }
Juni 2002 Sekolah Menengah Pertama terpencil
dalam Desa kecil semua kisah dan kesalah fahaman ini bermula.
Leonardo
adalah siswa kelas 9 yang kebetulan mantan ketua OSIS, teman dan sahabatnya
biasa memanggil “Leon”. Leon berasal dari keluarga yang biasa – biasa saja bahkan
sering mendapatkan beasiswa sebagai bantuan biaya sekolahnya, apalagi dia hanya
tinggal dengan seorang Neneknya tanpa Ayah dan Ibu. Perawakannya lumayan tinggi
untuk anak seusianya dan tampangnya juga lumayan meski tidak ganteng – ganteng
amat. Dari segi mentalnya sedikit tempramen dan cenderung egois. Kisah
kehidupannya juga datar – datar saja sebelum 3 tahun kemudian kesalah fahaman
ini terjadi.
Semasa Sekolah
Dasar Leon punya teman kecil sebut saja YURI TRI dan Emely Fibe, selayaknya
anak kecil mereka sering kali bermain bersama, bercanda, berbagi cerita, dan
lain sebagainya hingga keterkaitan terasa sangat dekat meskipun mereka tidak
menyadari atau mengerti tentang perasaan masing – masing terutama Leon dengan
Emely. Bahkan hingga berlanjut ke SMP selama 2 tahun Leon masih saja berteman
dekat dengan Emely meskipun beda jenjang pendidikan 3 tingkat.
Seiring
perubahan lingkungan pendidikan Leon juga mulai mengenal teman baru yang
diantaranya Cuardado Yono dan Windha Arty, hingga akhirnya di tahun ke 3 Leon
mulai mengenal dekat dengan Ivana Novy, Tania Willys dan Yolla Susan. Awal mula
Leon mengenal Ivana ketika penerimaan siswa baru dan berlanjut pada kegiatan –
kegiatan OSIS yang rutin diikuti oleh Ivana. Dimata Leon Ivana menjelma sebagai
sosok pintar penuh semangat, aktiv berorganisasi. Hal itu sungguh mengagumkan
bagi seorang Leon yang memang pernah menjadi pemimpin Organisasi sekolah.
Ternyata kekaguman Leon disadari oleh Ivana dan disambut dengan hati terbuka,
seolah mengisyaratkan kekaguman yang sama terhadap seniornya tersebut.
Kekaguman demi kekaguman berlanjut hingga menimbulkan kedekatan yang sepesial,
dan pada akhirnya Leon memberanikan diri menawarkan sebuah komitmen kepada Ivana
melalui sepucuk surat kala itu. Balasanpun menuliskan pernyataan penyatuan hati
diterima dengan janji penuh keindahan. Bagi Leon ini adalah untuk pertama
kalinya menjalin komitmen dengan pasangan, maka tidak heran bila ia benar –
benar merasakan pengalaman baru yang membuat hari – harinya terasa begitu
berbeda, menyenangkan, penuh kerinduan, penuh emosi, dan semua angan tentang
keindahan... ( setidaknya bertahan untuk beberapa bulan kedepan ).
Sebulan berlalu
kedekatan khusus dua sejoli ini ternyata diketahui oleh pihak sekolah, entah ada
yang melaporkan atau mereka yang tidak
bisa menjaga kemesraan dilingkungan sekolah. Hal ini masih menjadi misteri
sampai saat ini. Yang pasti saat itu setidaknya ada 3 pasangan berkomitmen yang
dipanggil untuk menghadap Guru Bimbingan Konseling. Sebut saja, Syahrial Widodo
– Winny Tin, Diwang Tyo – Alifya Swan, dan tentunya Leonardo – Ivana Novy, masa
itu mendapat panggilan Guru BK merupakan hal yang paling menakutkan untuk
seluruh siswa terlebih bagi 6 siswa pelanggar aturan sekolah tersebut. Entah
setrategi apa yang diterapkan sang Guru, beliau tidak memanggil pasangan perpasangan
namun dipilih secara acak. Kala itu Leon dipanggil berdua dengan Alifya Swan
yang jelas bukan merupakan pasangan 1 komitmen. “Leon ada hubungan apa kamu
dengan Ivana ?” pertanyaan pertama sang Guru. “Kami hanya berteman Bu, mohon
jangan panggil Ivana saya yang salah, saya berjanji akan memperbaiki semua
kesalahan ini” Jawab Leon dengan penuh pengharapan dan kecemasan atas tanggapan
apa yang akan diucapkan sang Guru. Sungguh diluar dugaan sang Guru justru
mengatakan “ Ibu hanya heran, kenapa kamu memilih Ivana? Koq bukan Alifya Swan?
Kalian kan pernah sama – sama di OSIS “. Setengah kaget Leon menoleh ke arah
Alifya Swan, “ Mimpi apa semalam saya Bu, klo sampai berpasangan dengan Leon?!”
entah spontan atau sudah difikirkan sebelumya kata – kata itu keluar dari bibir
Alifya Swan dengan isyarat penuh penolakan. Dalam hati Leon menyatakan tidak
mungkin, karena Diwang Tyo adalah teman baiknya dan juga Alifya Swan terlalu
cantik untuk dirinya.
Semenjak
kejadian “BK” tampaknya Leon memang berusaha menepati janjinya pada sang Guru.
Intensitas pertemuan Leon – Ivana di sekolah mulai berkurang namun komitmen
antara mereka tetap berlanjut di luar sekolah. Hal berkesan lainnya bagi Leon
selain kasus “BK” adalah saat kemah pramuka ( persami ) di sekolah, minggu pagi
– pagi Ivana menghampirinya dengan sebungkus “BISK*AT” warna merah cerah bergambar
macan, maklum meskipun sudah lama dipasaran Leon baru kali itu merasakan
nikmatnya biskuit seenak “BISK*AT”. Jangankan minta dibelikan, Nenek Leon yang
hanya seorang petani pasti tidak tahu “BISK*AT” itu apa. “( Terimakasih Ivana
selain biskuit yang Enak Leon juga merasakan ketulusan Cinta yang teramat dalam
)”.
Hari – hari
Leon kini benar – benar tengah penuh dengan kisah asmaranya dengan Ivana hingga
seakan tidak peduli teman kecilnya “Emely Fibe”, yang dia dengar tengah bahagia
juga dengan teman – teman baru di sekolahnya. Hingga suatu ketika Leon
mendapatkan informasi yang cukup mencengangkan dari kakak sepupu Emely,
bahwasanya Emely memiliki perasaan kepada Leon lebih dari sekedar teman. “Kamu
menjalin KOMITMEN pertamamu koq malah sama orang lain Leon? Kenapa kamu tidak
mempersembahkannya pada Emely yang jelas menyayangimu jauh sebelum kamu kenal Ivana?!”.
Pertanyaan itu seakan menampar keras sehingga membangunkan Leon dari tidur
panjang yang sarat dengan mimpi – mimpi indah penuh kekaguman bersama Ivana
Novy.
Berhari – hari
Leon memikirkan pertanyaan sekaligus informasi tentang Emely, di hati Leon
terus bertanya – tanya, “apa benar selama ini Emely memiliki perasaan yang
begitu dalam padaku?!, Betapa bodohnya aku tidak bisa memahami perasaan itu?!,
dulu ketika berdekatan seringkali aku salah tingkah, bahkan entah kenapa aku
merasa ingin marah tidak jelas jika melihat dia dekat dengan orang lain, apakah
itu artinya aku juga menginginkannya lebih dari sekedar teman?! Apakah aku
menyayangi Emely?!...”
Disinilah
tampak jelas sifat egois dari seorang Leon, satu sisi Leon tengah bahagia
dengan ikatannya bersama Ivana namun disisi lain dia juga terus penasaran
dengan perasaan Emely yang sesungguhnya kepada dirinya. Menurut Leon
pertemanannya dengan Emely dari masa kecil hingga kini sangatlah berarti dan
tidak seharusnya dilupakan begitu saja. Meskipun kenyataannya beberapa bulan
terakhir memudar bersama hadirnya Ivana dihati Leon. Namun keraguan dan
kegalauan untuk menyelesaikan kebimbangan hati Leon antara teman masa kecil
penuh kenangan dengan sosok yang sangat mengagumkan serta penuh inspirasi
meniti pengalaman – pengalaman baru terus berkecamuk dalam hati, fikirannya. Hingga
pada akhirnya Leon memutuskan untuk mengakhiri ikatan penuh kekagumannya
bersama Ivana. Leon berdalih ingin menjalin ikatan persahabatan saja dengan
harapan tidak akan ada yang tersakiti satu sama lain baik saat ini maupun masa
mendatang. ( Ivana maaf atas keegoisan Leon yang lebih mementingkan pertemanan
masa kecilnya dan mengabaikan ketulusan cintamu ).
Mendapatkan
pemutusan sepihak dari Leon tampak Ivana tidak bisa serta merta menerima begitu
saja, apalagi keputusan itu tidak disertai alasan yang jelas. Pernah Ivana
meminta klarifikasi dari ungkapan Leon tentang niatnya menjalin persahabatan
dengan duduk bersama bicara 4 mata dari hati ke hati, tapi Leon enggan
menanggapinya. Entah karena sudah tidak peduli lagi dengan perasaan Ivana atau
mungkin kenyataan bahwa Leon tidak cukup berani untuk berkata tidak didepan
mata Ivana, hanya Leon yang tahu jawaban sesungguhnya. Yang jelas itikad Leon
untuk menjalin persahabatan tinggalah angan semata, nyatanya kedekatan yang mereka
jalin selama ini pudar begitu saja dan hilang tanpa bekas.
Dalam kondisi
yang lain Leon mulai mencoba untuk mendekati kembali teman masa kecilnya Emely
Fibe. Terang saja kedekatan Leon dan Emely terajut kembali seperti dulu yang
pernah mereka alami. Saling berbagi, bersendagurau, menangis, tertawa bersama,
memang tampak sangat dekat bahkan bisa dikatakan kedekatan yang spesial. Tapi
Leon merasakan kebersamaan ini bukanlah asmara seperti halnya apa yang
disampaikan kakak sepupu Emely beberapa minggu yang lalu. Leon belum menemukan
sorot kasih mendalam dari mata Emely. Sedangkan keputusan sudah ia ambil Ivana
telah ia tinggalkan, menunggu isyarat cinta nyata dari Emely adalah satu –
satunya pilihan tersisa saat ini. Bahkan dalam perasaan yang ragu dan menunggu
ini sebenarnya pernah satu hati mencoba merasuk kedalam jiwa Leon. Adalah Tania
Willys siswi kelas 8. Leon pernah memperhatikan Tania untuk pertama kalinya
ketika pelaksanaan “Jelajah Jejak” kebetulan kala itu ia sebagai panitia
pelaksana kegiatan dan bertugas menguji peserta dalam Baris Berbaris. Tepat
diatas bukit “Kiteran” Leon menguji regu 5 dengan 4 peserta yang diantaranya
adalah Tania Willys. Sekilas Leon perhatikan Tania tampak cantik dengan paduan
seragam pramuka dan tas gendong bergaris orange cerah ditambah kemampuan
Berbaris yang setandar cenderung banyak salah, sehingga menjadikan interaksi Leon
kepada Tania sedikit lebih banyak dibanding anggota regu lainnya. Dari kejadian
itulah Leon mulai sering memperhatikan Tania, termasuk kebiasaan Tania
menggigit bibir bawahnya yang tampak lebih manis dipandangan Leon. Sayang
perhatian itu tidak bisa Leon ungkapkan kepada Tania karena teman sejawat Leon
sebut saja “Zaeyl Phin” dan “Romaryo Dhin” sahabat Leon ternyata telah lebih
dulu menaruh hati pada Tania. Jelas Leon
tidak mau kehilangan sahabat baiknya Romaryo dan juga bermusuhan dengan Zaeyl
untuk merebut Tania dari mereka berdua. Dalam diam Leon tetap saja curi – curi
perhatian Tania dengan cara sesamar mungkin demi menjaga perasaan ke 2
sahabatnya. Terkadang Leon suka menyendiri diatas batu “Goa Tepung” tepat
menghadap ke arah Rumah Tania dengan harapan bisa melihat si pencuri hati meski
dalam kejauhan dan tidak bisa dipastikan juga apakah gadis didalam rumah itu
tahu perasaanya ataukah tidak.
Teka teki
tentang perasaan Tania kepada Leon akhirnya terjawab dalam moment “Misteri Goa
Tepung”. Hari itu kamis pulang sekolah lebih awal dari biasanya dan sebagian anak
– anak sepakat untuk main dulu ke Goa Tepung sekedar menghilangkan penat
setelah melewati rutinitas kegiatan sekolah. Entah bagaimana awalnya hingga
Leon dan Zaeyl juga ikut serta dalam rombongan pelancong Goa tersebut, padahal
rumah mereka kearah sebaliknya. Sedangkan Cuardado, Windha, dan Tania memang
sejalan dengan arah pulang. Awal expedisi penelusuran perut Goa semuanya baik –
baik saja, beramai –ramai masuk dengan penerangan cermin yang diatur sebagai
pemantul sinar matahari dari mulut Goa. Begitu Leon keluar dari Goa barulah
keanehan mulai terlihat, tampak Zaeyl diatas Goa marah – marah penuh emosi
sedang beberapa saat sebelumnya Tania melintas kearah pulang dengan tergesa –
gesa. Leon langsung bisa menyimpulkan bahwa telah terjadi sesuatu antara Zaeyl
dengan Tania. Khawatir hal buruk menimpa Tania, Leon menarik tangan Cuardado
untuk menyusul kearah pulang Tania. Upaya pengejaran yang dilakukan Leon dan
Cuardado menuai titik terang. Setelah beberapa saat menuruni bukit Goa tepung
tampak di kaki bukit Tania berjalan beriringan dengan Windha, mereka terlihat
sedang dalam perbincangan yang serius. Tanpa permisi lagi Leon dan Cuardado
menghampiri keduanya, “Tania kenapa tadi kamu kabur dari Zaeyl? Zaeyl ngapain
kamu?” ucap Leon dengan nada cemas, meskipun Leon tahu bahwa Zaeyl “nembak”
Tania. Tapi Leon ingin dengar langsung dari pengakuan Tania sekaligus jawaban
yang dia berikan pada Zaeyl. “Jangan disini ceritanya mending di rumah saya
saja” Windha mengajukan penawaran. “Setuju..!!! sambil minum yang seger – seger
ya...?!” sergap Cuardado. Akhirnya mereka ber-4 sepakat melanjutkan perjalanan
menuju rumah Windha. Sepanjang perjalanan tampaknya Cuardado dan Windha sengaja
memberikan kesempatan pada Leon dan Tania agar lebih dekat, mereka sengaja
asyik ngobrol berdua jauh di depan meninggalkan Leon dan Tania. Rasa penasaran
Leon tentang “penembakan” yang dilakukan Zaeyl akhirnya memaksa Tania untuk
bercerita detail kejadian demi kejadiannya dan benar saja Zaeyl memang
menyatakan perasaannya kepada Tania tapi Tania belum memberikan jawaban. Dari
penuturannya ada keraguan dalam hati Tania mengenai track rekord dan perilaku
Zaeyl sehari – hari di sekolah. Setelah banyak saling cerita entah bagaimana
misteri perasaan mereka berdua akhirnya terungkap dengan sendirinya, tidak lagi
tentang Zaeyl tapi fakta bahwa Leon memendam rasa pada Tania dan sebaliknya
ternyata Tania juga tertarik pada Leon. Meski akhirnya Leon tahu perasaan Tania
sama dengan yang Ia rasakan tapi sepanjang perjalan sampai dengan tiba di rumah
Windha perang bathin terus berkecamuk dalam hatinya. Leon paham betul tabiat
Zaeyl kawannya itu pasti akan berbuat nekat bila keinginannya tidak terpenuhi,
bisa saja Leon egois menyambut perasan Tania dengan resiko pasti bermusuhan
dengan Zaeyl dan perlakuan buruk Zaeyl pada Tania juga mungkin saja terjadi.
Berfikir keras bagaimana caranya dia harus bisa mencegah resiko – resiko terburuk
itu agar tidak menjadi kenyataan, akhirnya Leon memutuskan untuk mengalah demi
kebaikan Tania dan juga dirinya.
Di dalam rumah
Windha pada sebuah kursi panjang membelakangi cendela sebelah kanan, dengan
berat hati Leon bersandiwara, “Tania, saya tidak bisa menerima kamu menjadi
kekasihku. Saya sudah ada satu hati yang tidak mungkin untuk saya khianati”. ( Yang
dimaksud Leon adalah hati “Emely Fibe”, tapi itu bukanlah alasan yang
sesungguhnya karena jelas Leon belum menemukan perasaan cinta dimata Emely,
faktanya adalah kekhawatiran Leon pada kemungkinan Zaeyl akan berbuat “NEKAT”.
Maafkan Leon telah memupuskan perasaan Tania dan percayalah Leonpun juga memupuskan
perasaannya sendiri yang telah lama terpendam dalam hati ). Mendengar
pernyataan Leon seperti itu Tania seketika itu juga berdiri dan meninggalkan ke
tiga temannya tanpa kata, tanpa penyangkalan, hanya samar tampak meneteskan air
mata kemudian pergi dan menghilang. Jelas Leon merasa paling berdosa atas
ucapannya terhadap Tania, maka ia putuskan untuk mengejar Tania dan berniat
memberikan pengertian serta penjelasan yang sebenarnya. Namun langkahnya
terhenti ketika Ia mendapati Zaeyl tampak sangat marah penuh emosi menghadang
Leon di halaman rumah Windha tersebut. “Maksud kamu apa Leon?! Mau merebut
Tania dari saya?! Kamu kan tahu saya suka Tania dari dulu! Kawan macam apa kamu
Leon?!!” Zaeyl bertanya seraya membentak. “Sabar Zaeyl, kamu jangan salah
Faham. Saya tidak ada niatan ngrebut Tania dari kamu” jawab Leon. “Nggak
mungkin! Nggak percaya saya! Awas kalau benar dugaan saya!!” sambung Zaeyl.
Leon berfikir sejenak, bagaimana cara untuk menyudahi perdebatan emosional ini.
“ Saya serius Zaeyl, kalau kamu ragu tanya langsung saja sama Tania”. Tanpa berkata
lagi Zaeyl pergi dengan sepeda motornya untuk mengejar Tania. Sedangkan Leon,
Cuardado dan Windha masih tampak terpaku dengan pemikiran masing – masing atas
keributan yang barusan terjadi. Terlebih Leon dalam fikirannya banyak terlintas
kemungkinan – kemungkinan buruk yang akan timbul dari keributannya dengan
Zaeyl, bila sampai terjadi permusuhan pasti Zaeyl akan menerornya sampai
kapanpun. Membayangkan saja sudah pasti sangat menakutkan bagi Leon ( merasa
jadi pengecut ). Setengah jam berlalu keheningan masih sesekali terjadi dalam
rumah Windha, hingga akhirnya Leon memutuskan untuk pamit bersama Cuardado
menuju rumah masing – masing.
Sekitar jam 2
sore Romaryo sedang bermain di rumah Leon dan terlihat sangat antusias
mendengarkan cerita dari Leon. Betul sekali Leon memang sedang menceritakan
kaributan yang terjadi di rumah Windha beberapa jam yang lalu, Romaryo tertarik
karena ada kaitannya dengan Tania ( pengagum gelap Tania ). Leon sudah tidak
lagi mempertimbangkan perasaan Romaryo jika akhirnya tahu bahwa Zaeyl telah
“menembak” Tania dan juga fakta bahwa ternyata Tania menyukai Leon. Misi Leon
hanyalah bagaimana mendapatkan dukungan dari sahabatnya Romaryo untuk
menghadapi Zaeyl yang mungkin akan berbuat “nekat” karena tidak berhasil
mendapatkan Tania. Memang Romaryo adalah sahabat terbaik Leon dari kecil,
setiap keluh kesah, permintaan Leon apapun itu pasti di iyakan oleh Romaryo
tidak terkecuali dalam kasus ini, meskipun Leon tahu hati Romaryo tengah
hancur. Ketika tengah serius bercerita tiba – tiba tatapan Leon terpaku pada
sosok remaja dari kejahuan membawa sebuah golok berjalan kearah mereka berdua.
Adalah Zaeyl berjalan diantara rerumputan yang berjatuhan karena sabetan golok
ditangan kanannya. Tidak bisa disembunyikan lagi ketakutan kembali menyelimuti
hati Leon meskipun Romaryo telah berusaha keras menenangkan dengan semua kata
bijaknya disertai sikap tenang penuh keteguhan hati. Ingin rasanya Leon masuk
rumah dan menutup pintu rapat – rapat, tapi melihat ketenangan Romaryo dia jadi
berfikir ulang dan sembari mencari pembenaran atas dirinya. Toh memang Leon
dengan Tania tidak sampai “jadian” maka tidak ada alasan Zaeyl untuk
menyalahkan dirinya jika tidak bisa mendapatkan hati Tania. Kecuali jika Tania
mengatakan hal sebaliknya, habislah riwayat Leon kali ini.
“Deg, deg,
deg”, Zaeyl telah berdiri di hadapan Leon dan Romaryo. Menatap Leon sejenak,
“makasih Leon, saya tahu kamu tidak akan makan teman” ucapan Zaeyl laksana
hujan ditengah kemarau teramat panjang, sungguh menenangkan hati Leon dan
sekaligus mencairkan suasana tegang mereka bertiga. “iya lah, teman memang
harus saling memahami brow” jawab Leon berusaha bersikap setenang mungkin.
Zaeyl yang tampak biasa saja tanpa dosa melanjutka kata – katanya. “ Leon saya
sangat menginginkan Tania, tolong bantu yakinkan dia untukku ya”. Leon berfikir
sejenak sambil melirik kearah Romaryo yang masih tampak biasa saja. “Ok saya
bantu sebisa saya, tapi saya minta jangan sampai kamu permainkan perasaan Tania
ya?!”. “saya janji akan menjaga Tania dengan sepenuh hati” ucap Zaeyl. “Siep!
Saya pegang janjimu, kalau sampai dilanggar berhadapan sama saya” tantang Leon
sok jagoan. Zaeyl pun berlalu meninggalkan Leon dan Romaryo. Antara lega dan
sedikit penyesalan terbersit di fikiran Leon, karena dia yakin apa yang dia
sepakati dengan Zaeyl itu menyakiti hati sahabatnya Romaryo sekaligus menyayat
hatinya sendiri bahkan memupuskan
harapannya untuk memiliki Tania.
Dua minggu
berselang Leon tidak melakukan apa – apa untuk meyakinkan hati Tania, tapi yang
Leon dengar Zaeyl memang sudah resmi “jadian” dengan Tania. Ya sudahlah, semoga
Tania bahagia dengan pilihan hidupnya dan Zaeyl bisa menepati janjinya.
Meskipun tidak meyakinkan. Dan Leon pun tetap menjalani harinya meski dengan
rasa kehilangan dan patah hati. Kebetulan sekolah mengadakan pelatihan PBB
untuk seleksi lomba berbaris tingkat SMP se-Kecamatan, sehingga Leon bisa menyibukkan
diri didalamnya. Pelatihan terus diikutinya sampai terbentuk regu pilihan
sebagai perwakilan sekolah kelak ke Kecamatan. Pada regu tersebut didalamnya
terpilih juga nama Yolla Susan yang kala itu masih menjalin hubungan dengan
Henderson Yhon. Tampak kemesraan mereka begitu natural dan penuh kehangatan.
Iri terkadang muncul dalam hati Leon melihat hubungan mereka bila mengingat
masa lalunya yang telah kandas bersama Ivana Novy dan menggantungnya hubungan
dengan Emely Fibe bahkan kehilangan Tania Willys karna pertemanan.
Sebulan
setelah pelaksanaan Lomba PBB Leon mulai sering nongkrong di kelas 9C ( kelas
Yolla Susan ). Meskipun sudah tidak lagi dalam satu regu tapi keakraban
diantara para peserta lomba masih tetap terjalin. Awalnya Leon bermaksud untuk mencari
informasi tentang “Triyani”, seorang gadis yang bisa dibilang kurang populer
tapi menurut Leon sebenarnya cukup cantik hanya karena tidak banyak bergaul
jadi tidak semua siswa mengenalnya. Sempat beberapa informasi berhasil
terhimpun, diantaranya rumah tinggal doi hingga kegiatan lain diluar sekolah
sebagai penyanyi. Tapi entah kenapa intensitas pertemuan Leon - Yolla yang
semakin sering membuat Leon merasa nyaman. Terlebih setelah tersebar kabar
bahwa Yolla sudah tidak lagi menjalin hubungan dengan Henderson membuat Leon
semakin leluasa untuk terus dekat dengan Yolla. Pendekatan yang intens ternyata
memunculkan butiran2 cinta dihati keduanya, bak pepatah jawa “witing tresno
jalaran soko kulino”.( Henderson, maafkan Leon, bukan bermaksud merebut Yolla
darimu tapi yang Leon tahu kalian sudah tidak ada ikatan lagi, makanya Leon
berani mendekati Yolla. Sekali lagi Leon minta maaf jika lancang ).
Beberapa bulan
menjelang pelaksanaan ujian nasional Leon akhirnya benar – benar “jadian”
dengan Yolla. Pertimbangan Leon adalah nyaman bersama Yolla dan yakin jika
Yolla bisa terima Leon apa adanya. Sebagai bukti nyata Yolla pernah berkunjung
kerumah Leon ketika sedang sakit, maka secara tidak langsung Yolla telah
menyaksikan kehidupan ekonomi Leon seperti apa. Ini kali kedua Leon merasakan
kemesraan asmara setelah perpisahan dengan Ivana Novy. Kerinduan, kebahagiaan,
kasih sayang mulai merasuk kembali dalam sanubari Leon. Hubungan kali ini
tampak lebih dewasa dengan adanya saling
pengertian serta tidak cepat terbakar api cemburu. Faktor utamanya adalah sosok
Yolla yang begitu meyakinkan hati penuh kelembutan lengkap dengan sikap keibuan
yang ia miliki. Sungguh beruntung Leon bisa memiliki Yolla. Bulan demi bulan
telah mereka lalui bersama hingga perpisahan masa SMP terjadi dan itu benar
menjadi pemisah jarak antara Leon dengan Yolla. Hakikatnya Leon dan Yolla
sepakat untuk sama – sama melanjutkan pendidikan pada sekolah yang sama dengan
mendaftar ke “SMAPA”, namun takdir mengatakan lain. Leon diterima sebagai siswa
SMAPA sedangkan Yolla harus rela menjadi siswi SMANDA sebagai pilihan sekolah
kedua. Jarak benar telah memisahkan Leon dan Yolla, lokasi SMAPA dengan SMANDA cukup
jauh dan lebih parah lagi jarak rumah mereka juga sama jauhnya. Sesekali bila
beruntung mereka bisa bertemu di angkot saat pulang sekolah itupun sangat
jarang terjadi. Tapi sekali lagi sikap dewasa yang menyelimuti hubungan mereka
masih mempertahankan komitmen dan semuanya masih baik – baik saja.
Sebenarnya
ketimpangan kelas ekonomi antara Leon dan Yolla bukanlah hal yang mudah bagi
Leon. Rasa minder dan canggung terhadap keluarga Yolla tetap saja menjadi momok
bagi Leon. ditambah lagi kabar sekitar yang mengatakan ayah Yolla sangat
protektiv dan perfeksionis. Sehingga saat Yolla ulang tahunpun Leon tidak punya
keberanian untuk berkunjung sekedar memberikan ucapan selamat. Dipaksakan
sekalipun seperti tidak punya nyali sama sekali, padahal malam itu Leon sudah
dua kali melintas di depan rumah Yolla. Pada akhirnya Leon menitipkan ucapan
dan hadiah yang telah ia siapkan untuk Yolla pada teman sekelasnya waktu SMP
dan kebetulan juga merupakan teman sekaligus tetangga Yolla. Adalah Seppry Tho.
Dan sampai sekarang Leon tidak tahu pasti apakah titipannya itu sampai kepada
Yolla atau tidak. Meskipun beberapa kali bertemu dengan Yolla tapi Leon tidak
pernah menyinggung tentang hadiah yang ia titipkan melalui Seppry. Selain nilai
hadiah yang tidak seberapa juga sikap Yolla yang biasa saja membuat Leon ragu
untuk membahasnya. ( biarlah Tuhan yang tahu kebenarannya, maaf juga pada Seppry Tho atas prasangka buruk
Leon ).
Setahun
pertama hubungan terpisah jarak Leon – Yolla masih berjalan mulus dengan
sesekali pertemuan singkat yang penuh makna. Mamasuki tahun kedua Leon merasa
semakin jauh jarak itu memisahkan, apalagi Yolla kini lebih sering diantar
jemput oleh ayahnya. Sekuat hati Leon coba tetap bertahan dalam kerinduan yang
semakin hari semakin menggunung. Hingga beberapa minggu jelang ulang tahun
Yolla, seorang teman sekelas Leon sebut saja “Dewi” yang rumah tinggalnya
berdekatan dengan SMANDA memberikan sebuah amplop pada Leon berisikan sepucuk
surat tertulis “from Yolla”. Kala itu
hati Leon bergetar setelah sekian lama memendam rindu akhirnya akan segera
terobati. Meski harus bersabar hingga pulang sekolah tiba untuk menghindari agar
surat tidak tersita oleh wali kelas.
Saat yang
ditunggupun tiba, Leon bergegas naik kedalam angkot dan mengambil posisi paling
belakang agar tidak ada yang mengganggu kekhusu’an dalam menelaah isi surat
dari Yolla. Tertulis “kamu dan Yolla itu masih sama – sama sekolah. Tugas
kalian adalah belajar untuk membanggakan kedua Orang Tua. Jadi jangan pacaran
dulu, jangan ganggu konsentrasi belajar Yolla dan kamu sendiri”. ( tertanda
“Ayah Yolla” ). Emosi Leon memuncak seketika, surat itu diremas habis dan
dihempaskan keluar jendela. Hancur hati Leon, kerinduan kini berubah jadi benci
untuk menerima kenyataan bahwa Ayah Yolla tidak suka dengan hubungan mereka.
Merasa terhina karena mungkin orang miskin seperti Leon tidak pantas berhubungan dengan Yolla. Semua
prasangka buruk Leon terhadap keluarga Yolla telah merasuki akal sehatnya.
Bahkan Leon berniat untuk melampiaskan amarahnya itu pada Yolla. Syukurlah
kesempatan untuk bertemua Yolla tidak pernah terjadi karena mungkin sudah
diantisipasi oleh ayah Yolla dengan antar jemput anaknya setiap hari agar tidak
bisa bertemu dengan Leon.
Hari ulang
tahun Yolla tiba, momen itu dimanfaat Leon untuk menjawab teguran dari ayah
Yolla. Kepada Dewi, Leon menitipkan hadiah khusus untuk Yolla. Sebuah kotak
korek api dibalut kertas kado sangat rapih berisikan 2 buah batre jam dinding
bekas dan sobekan kertas bertuliskan kata – kata perpisahan lumayan “kasar”. Masih
dengan sisa – sisa emosi untuk balas dendam dan sakit hati yang teramat dalam.
Beberapa hari
selanjutnya Leon mendengar kabar jika “Yolla
tengah bersedih atas pemutusan sepihak yang dilakukannya, bahkan Yolla tidak
bisa mengerti kenapa Leon tega melakukan hal itu pada dirinya”. Dari kabar
itu membuat hati Leon mulai tersadar kembali jika apa yang telah Ia lakukan itu salah. Namun nasi telah
menjadi bubur, Toh jikapun Yolla tidak tahu menahu dengan surat yang dikirimkan
Ayahnya, tetap saja pada intinya Ayah Yolla tidak setuju atas hubungan yang
terjalin Leon dan Yolla. Leon harus ikhlas untuk berpisah dengan Yolla. (
Yolla, maafkan kecerobohan Leon dalam menanggapi “Surat Teguran” atas nama Ayah
Yolla. Seharusnya Leon bisa lebih dewasa bersikap dan mencari tahu dulu
kebenaran surat tersebut dengan mengkonfirmasikan langsung pada Yolla, bukan
justru mengambil kesimpulan sepihak dengan dugaan jika Yolla juga terlibat dalam
penulisan surat tersebut. Seharusnya
surat itu tidak langsung Leon buang sehingga bisa ditunjukkan langsung kepada
Yolla. Sekali lagi Leon minta maaf yang sedalam – dalamnya jika telah menyakiti
hati Yolla ).
Kehilangan dan Jomblo, lagi – lagi merekat pada status
Leon, diapun putuskan untuk ambil kost di sekitar SMAPA. Pulang pergipun juga
sudah tidak ada lagi yang diharapkan untuk berjumpa dalam perjalanan seperti
dulu lagi. Sekaligus upaya mencegah semua kenangan indah itu terngiang kembali
saat tak sengaja berjumpa. Leon menghabiskan waktu di kost-an dengan berbagai
kegiatan seperti ikut latihan “klub Bola kampung mingguan” dan lebih sering
nongkrong dipinggir pantai “Teleng Ria” hampir setiap sore kecuali sabtu –
minggu karena harus pulang kampung. Hari senin berikutnya kembali lagi ke
sekolah dengan berbagai perbekalan untuk satu minggu kedepan di kost-an. Semasa
nge-kost tersebut, Ada beberapa hati pernah mencoba untuk singgah pada
kehidupan Leon, setidaknya salah satu dari 3 hati itu cukup cocok dengan Leon.
Namun karena Leon terlambat memahami akhirnya hati itupun menghilang begitu
saja. Sedangkan 2 hati lainnya bagi Leon hanyalah teman biasa meski tampaknya
mereka menginginkan lebih dari sekedar teman.
Enam bulan
berlalu, satu dan lain hal mengharuskan Leon menempuh perjalanan sekolahnya
seperti dulu lagi dengan pulang – pergi. Bersyukur fasilitas berupa motor “KHARISMA
X” warna silver – biru diberikan padanya seiring perekonomian keluarga Leon yang
semakin membaik setelah kedua orang tuanya pulang dari perantauan dan
memutuskan buka usaha sendiri dikampung halaman.
Dengan
fasilitas motor kini waktu dan lokasi jelajah Leon semakin flexibel yang secara
tidak langsung memperluas area “tebar pesona” penuh petualangan bersama
“Kharisma”. Dan benar saja diawal kelas 12 Leon telah mengunci target
“perburuan hatinya”. Dia adalah “Airies Yull”, siswi kelas 10 SMAPA, mukanya
yang elok jadi alasan Leon terpikat hatinya. Beberapa kali diajak bertemu Leon
telah berhasil mendapatkan hati Airies. “Airies aku suka kamu, mau ngga jadi
pacarku?” ucap Leon dibawah pohon kelapa pinggir pantai Teleng. “Kalau Kakak
serius saya mau jadi pacar Kakak” jawaban langsung oleh Airies sore itu.( tampak
begitu mudah, entah dari dalam lubuk hatinya atau hanya emosi sesaat jawaban yang
diberikan Airies tersebut ). Nyatanya hubungan Leon – Airies hanya bertahan
tidak lebih dari 3 bulan.
Pagi itu hari
raya lebaran ke 5, sebulan penuh Leon tidak berjumpa dengan Airies karena libur
sekolah dan rindu sudah pasti. Akhirnya Leon inisiatif bersama dua rekannya
“HR” dan “DD” berkunjung ke rumah Airies dengan maksud melepas rindu sekaligus berlebaran
dengan keluarga besarnya. Riska adik dari Airies menyambut dengan hangat serta mempersilahkan
Leon dkk masuk. Tidak lama berselang Airies yang tampak makin cantik
menghampiri Leon. “kak, kita sama – sama egois, sebaiknya kita sudahi saja
hubungan ini. Kita PUTUS”. Leon tidak berkata apapun, hanya sejenak menatap
mata Airies dan Ia dapati Airies memang sungguh – sungguh dengan ucapan
tersebut. Merasa tidak perlu dibahas panjang lebar Leon mengajak kedua temannya
untuk berpamitan. Meninggalkan kata – kata penghancur hati itu sesegera mungkin
dan sejauh – jauhnya. Dalam perjalanan pulang ke rumah “DD”, dalam hati Leon
terus merenungi kata – kata Airies, “dimana letak EGOIS saya? Mungkin saya
selama ini banyak memaksakan kehendak pada Airies, apa mungkin karena selama
sebulan terakhir saya tidak pernah menghubungi Airies? Atau mungkin Airies telah mendapatkan hati
“JACOB” cowo idamannya jauh sebelum dia kenal saya?” pertanyaan – pertanyaan
itu tidak pernah terjawab sampai saat ini, karena memang Airies tidak pernah
memberikan penjelasannya. ( Mungkin ini adalah karma atas apa yang dulu pernah
Leon lakukan pada Ivana Novy dan tidak lupa mohon maaf jika telah membuat
kehidupan Airies tidak nyaman selama kenal dengan Leon ).
Sebulan dua
bulan kehidupan Leon kembali dalam kesendirian, hingga suatu ketika dalam
perjalanan pulang sekolah Ia berjumpa kawan lama di “pertigaan sumber atas”.
Yup Windha Arty teman semasa SMP dan saksi hidup peristiwa “Misteri Goa Tepung”.
Kala itu Windha turun dari angkot bersama kakak sepupunya “BR”, Leon sempatkan
ngobrol sebentar sembari mengiringi langkah keduanya hingga sampai dipuncak
pendakian, kemudian Leon pamit untuk melanjutkan perjalanan pulang. Pertemuan
kedua Leon beranikan diri untuk mengantar Windha sampai dekat rumahnya.
Pertemuan ketiga Leon sudah berani mengantar langsung sampai kerumah, karena
semasa SMP sudah beberapa kali pernah main ke rumah Windha sehingga sedikit
banyak keluarga Windha telah familiar dengan Leon. Pertemuan selanjutnya Leon
resmi “jadian” dengan Windha dan ini merupakan hubungan pertama bagi Leon yang
sepengetahuan orang tua dari cewe yang Ia pacari. Juga sebuah kebetulan bahwa
Kakek – Nenek Windha ternyata pernah mengenal Nenek Leon. Sempat terfikir oleh
Leon, ini sepertinya yang dinamakan jodoh. Padahal dulu pernah bersama selama 3
tahun di SMP tapi rasa itu baru muncul sekarang, setelah terpisah lebih dari 2
tahun. Semakin hari Leon terus bertambah akrab dengan keluarga Windha, terutama
Kakek dan Neneknya. Bahkan terkadang Leon sengaja datang justru untuk
mengunjungi kedua manula tersebut meski Ia tahu Windha sedang tidak dirumah.
Kegemaran
Windha mendengarkan RADIO seringkali menyajikan lagu – lagu lantunan cinta
seperti halnya “Dealova” yang sampai sekarang masih menjadi kenangan tersendiri
bagi Leon. Pernah suatu ketika Windha ngajak Leon mengunjungi seorang Nenek
yang merupakan Ibu dari kakak sepupu jauhnya. Sang Nenek hanya tinggal seorang
diri dirumah sederhana sedang putrinya merantau sejak Tamat SMA 2 tahun yang
lalu. Diluar dugaan Leon menyaksikan kelebihan lain seorang Windha, sebuah
keterampilan wajib bagi calon ibu, memasak. Menjadi istemewa dengan segala
keterbatasan bahan dan bumbu ternyata Windha mampu menghasilkan citarasa
masakan yang terbilang enak bagi lidah Leon. Kekaguman Leon bercampur haru
menyaksikan kepedulian Windha pada Nenek tua itu hingga tampak secercah
kebahagian tersirat jelas dalam wajah keriput sang Nenek. “Sungguh calon istri
idaman”, fikir Leon.
Windha
termasuk anak yang tergolong supel, terbukti pada resepsi pernikahan anak
pemilik kost-an Leon yang dulu pernah tinggal, Ia tidak canggung untuk membaur
dengan keluarga Ibu Kost dan teman – teman Leon meskipun tidak pernah kenal
sebelumnya. Tapi entah kenapa saat sesi foto bersama keluarga pengantin Windha
justru kabur. ( Mungkin karena merasa diabaikan Leon atau bosen entah apa
alasan sesungguhnya hanya Windha yang tahu ). Di sekolah Windha aktif dalam ekskul
PMR begitupun Leon juga aktif pada kegiatan Pecinta Alam, tidak berkaitan
memang tapi jadi terkait kala mereka memutuskan untuk bertukar Atribut
organisasi dan berjanji akan saling menjaga atribut tersebut berupa” jacket
almamater” simbol kebesaran sebuah organisasi. Sekaligus menjadi bukti
keseriusan hubungan mereka berdua agar semakin saling memiliki. Jiwa seni
sepertinya juga dimiliki oleh Windha, sebagai contoh pernah ia menuliskan nama
lengkap Leon dalam bentuk kaligrafi sederhana dan memang enak dipandang mata.
Bahkan salah satu penggalan nama yang dituliskan Windha kala itu oleh Leon
dijadikan sebagai “tanda tangan” dan masih tetap digunakan sampai saat ini. ( Terimakasih
Windha atas inspirasi yang indah itu ).
Tanpa terasa
hampir setahun Leon – Windha saling memadu kasih, kebanyakan hari – hari mereka
memang hanya dihabiskan dengan bercengkerama dirumah Windha. Tapi meskipun
sering banyak kesempatan hanya berduaan tidak pernah mereka berfikir untuk
melanggar batasan agama maupun norma – norma adat. Dan memang bukan gaya Leon
untuk berpacaran secara “FULGAR” seperti halnya anak – anak jaman sekarang. Meskipun
telah kali keempat berpacaran Leon selalu menjunjung tinggi martabat dan
kehormatan pasangannya.
Hari rabu
jelang sore di Goa Tepung bisa dikatakan sebagai pertemuan terakhir Leon –
Windha. Kala itu Windha memberikan sebuah bungkusan berisi kemeja warna hitam
dengan corak tulisan jepang merah hati, oleh – oleh dari perantauan Ayahnya.
Dalam pertemuan itu hati Leon sudah mulai bimbang dengan perasaannya dan
keadaan. Satu sisi Leon masih menyayangi Windha disisi lain lingkungan Windha
tidak suka dengan kehadiran Leon. Setidaknya sudah 3 kali Leon dijahili anak
muda kampung Windha. Pada puncaknya ketika Leon dapati ban motor bagian
depannya kempes abis, sedangkan kondisinya adalah malam hari. Sehingga Leon
harus memaksakan motornya jalan mencari tambal ban terdekat. Tambal ban
dipuncak pendakian yang biasa Leon tambah angin ternyata sudah tutup malam itu.
Perjalanan paksa motor berlanjut hingga ke pinggiran Kota Pacitan barulah
menemukan satu bengkel yang masih buka. Niat Leon hanya menambah angin karena
sangat yakin ban itu hanya dikempesin tangan jahil dan tidak mungkin bocor,
tapi setelah diperiksa abang bengkel ban dalam hancur karena dipaksakan jalan
berkilo – kilo dengan kondisi kempes. Dengan kesal Leon mengganti ban dalam
baru dan lebih parahnya velg depan juga harus disetting ulang karena banyak
lengkungan akibat benturan langsung dengan Aspal dan bebatuan jalan. Semenjak
kejadian itu ke egoisan Leon memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan
orang - orang kampung jahil tersebut sekaligus memaksakan diri untuk tidak
berkunjung ke rumah Windha. Hal itulah pemicu utama keputusan Leon untuk
mengakhiri hubungannya dengan Windha. Dalam benak Leon bagaimana akan menjalani
hubungan bila lingkungannya tidak mendukung, yang ada hanyalah kerugian demi
kerugian terus membayangi dan tidak menutup kemungkinan suatu saat akan
membahayakan diri Leon jika terus dipaksakan. ( Windha maafkan Leon karena terlalu
pengecut untuk menghadapi rintangan kecil hubungan kita dan ke egoisan Leon
dalam mengambil keputusan yang terlalu gegabah hanya berdasar rasa kecewa dan
emosi, tanpa mempertimbangkan perasaan Windha serta keluarga ).
***********
Setidaknya
empat hal dari empat hati yang terlukai itu sampai saat ini masih menjadi beban
di fikiran Leon. Semoga dengan tulisan ini bisa sedikit menjelaskan dan memberi
jawaban atas pertanyaan yang dulu tidak sempat Leon berikan jawabnya. Sekaligus
klarifikasi anggapan sebagian orang yang berpendapat bahwa Leon adalah seorang
Playboy dengan Hobby menyakiti hati perempuan, maka tulisan inilah fakta yang
sebenarnya. Terimakasih kawan semua, jika maaf yang tulus sulit untuk diberikan
maka sedikit pengertian saja akan menjadikan hati Leon lebih tenang. Sengaja
nama dan tokoh, penulis samarkan agar tidak menyinggung dan merusak citra serta
nama baik tokoh yang sebenarnya. Dan bila ada sedikit perbedaan alur cerita ini
adalah faktor keterbatasan daya ingat penulis.
Selanjutnya
Leon mohon ijin untuk melanjutkan Study ke luar Kota untuk waktu yang lama
namun kalian semua adalah kenangan indah bagi Leon untuk selamanya.
Tertanda
Leonardo
Philip Harson