Wednesday, October 30, 2019

SMPN 2 KEBON AGUNG - PACITAN ( IN MEMORIAM 2003 )


All My Heart So Sorry...
 { Leonardo, Ivana,Tania, Yolla, Windha }

Juni 2002 Sekolah Menengah Pertama terpencil dalam Desa kecil semua kisah dan kesalah fahaman ini bermula.
Leonardo adalah siswa kelas 9 yang kebetulan mantan ketua OSIS, teman dan sahabatnya biasa memanggil “Leon”. Leon berasal dari keluarga yang biasa – biasa saja bahkan sering mendapatkan beasiswa sebagai bantuan biaya sekolahnya, apalagi dia hanya tinggal dengan seorang Neneknya tanpa Ayah dan Ibu. Perawakannya lumayan tinggi untuk anak seusianya dan tampangnya juga lumayan meski tidak ganteng – ganteng amat. Dari segi mentalnya sedikit tempramen dan cenderung egois. Kisah kehidupannya juga datar – datar saja sebelum 3 tahun kemudian kesalah fahaman ini terjadi.
Semasa Sekolah Dasar Leon punya teman kecil sebut saja YURI TRI dan Emely Fibe, selayaknya anak kecil mereka sering kali bermain bersama, bercanda, berbagi cerita, dan lain sebagainya hingga keterkaitan terasa sangat dekat meskipun mereka tidak menyadari atau mengerti tentang perasaan masing – masing terutama Leon dengan Emely. Bahkan hingga berlanjut ke SMP selama 2 tahun Leon masih saja berteman dekat dengan Emely meskipun beda jenjang pendidikan 3 tingkat.
Seiring perubahan lingkungan pendidikan Leon juga mulai mengenal teman baru yang diantaranya Cuardado Yono dan Windha Arty, hingga akhirnya di tahun ke 3 Leon mulai mengenal dekat dengan Ivana Novy, Tania Willys dan Yolla Susan. Awal mula Leon mengenal Ivana ketika penerimaan siswa baru dan berlanjut pada kegiatan – kegiatan OSIS yang rutin diikuti oleh Ivana. Dimata Leon Ivana menjelma sebagai sosok pintar penuh semangat, aktiv berorganisasi. Hal itu sungguh mengagumkan bagi seorang Leon yang memang pernah menjadi pemimpin Organisasi sekolah. Ternyata kekaguman Leon disadari oleh Ivana dan disambut dengan hati terbuka, seolah mengisyaratkan kekaguman yang sama terhadap seniornya tersebut. Kekaguman demi kekaguman berlanjut hingga menimbulkan kedekatan yang sepesial, dan pada akhirnya Leon memberanikan diri menawarkan sebuah komitmen kepada Ivana melalui sepucuk surat kala itu. Balasanpun menuliskan pernyataan penyatuan hati diterima dengan janji penuh keindahan. Bagi Leon ini adalah untuk pertama kalinya menjalin komitmen dengan pasangan, maka tidak heran bila ia benar – benar merasakan pengalaman baru yang membuat hari – harinya terasa begitu berbeda, menyenangkan, penuh kerinduan, penuh emosi, dan semua angan tentang keindahan... ( setidaknya bertahan untuk beberapa bulan kedepan ).
Sebulan berlalu kedekatan khusus dua sejoli ini ternyata diketahui oleh pihak sekolah, entah ada yang melaporkan atau mereka  yang tidak bisa menjaga kemesraan dilingkungan sekolah. Hal ini masih menjadi misteri sampai saat ini. Yang pasti saat itu setidaknya ada 3 pasangan berkomitmen yang dipanggil untuk menghadap Guru Bimbingan Konseling. Sebut saja, Syahrial Widodo – Winny Tin, Diwang Tyo – Alifya Swan, dan tentunya Leonardo – Ivana Novy, masa itu mendapat panggilan Guru BK merupakan hal yang paling menakutkan untuk seluruh siswa terlebih bagi 6 siswa pelanggar aturan sekolah tersebut. Entah setrategi apa yang diterapkan sang Guru, beliau tidak memanggil pasangan perpasangan namun dipilih secara acak. Kala itu Leon dipanggil berdua dengan Alifya Swan yang jelas bukan merupakan pasangan 1 komitmen. “Leon ada hubungan apa kamu dengan Ivana ?” pertanyaan pertama sang Guru. “Kami hanya berteman Bu, mohon jangan panggil Ivana saya yang salah, saya berjanji akan memperbaiki semua kesalahan ini” Jawab Leon dengan penuh pengharapan dan kecemasan atas tanggapan apa yang akan diucapkan sang Guru. Sungguh diluar dugaan sang Guru justru mengatakan “ Ibu hanya heran, kenapa kamu memilih Ivana? Koq bukan Alifya Swan? Kalian kan pernah sama – sama di OSIS “. Setengah kaget Leon menoleh ke arah Alifya Swan, “ Mimpi apa semalam saya Bu, klo sampai berpasangan dengan Leon?!” entah spontan atau sudah difikirkan sebelumya kata – kata itu keluar dari bibir Alifya Swan dengan isyarat penuh penolakan. Dalam hati Leon menyatakan tidak mungkin, karena Diwang Tyo adalah teman baiknya dan juga Alifya Swan terlalu cantik untuk dirinya.
Semenjak kejadian “BK” tampaknya Leon memang berusaha menepati janjinya pada sang Guru. Intensitas pertemuan Leon – Ivana di sekolah mulai berkurang namun komitmen antara mereka tetap berlanjut di luar sekolah. Hal berkesan lainnya bagi Leon selain kasus “BK” adalah saat kemah pramuka ( persami ) di sekolah, minggu pagi – pagi Ivana menghampirinya dengan sebungkus “BISK*AT” warna merah cerah bergambar macan, maklum meskipun sudah lama dipasaran Leon baru kali itu merasakan nikmatnya biskuit seenak “BISK*AT”. Jangankan minta dibelikan, Nenek Leon yang hanya seorang petani pasti tidak tahu “BISK*AT” itu apa. “( Terimakasih Ivana selain biskuit yang Enak Leon juga merasakan ketulusan Cinta yang teramat dalam )”.
Hari – hari Leon kini benar – benar tengah penuh dengan kisah asmaranya dengan Ivana hingga seakan tidak peduli teman kecilnya “Emely Fibe”, yang dia dengar tengah bahagia juga dengan teman – teman baru di sekolahnya. Hingga suatu ketika Leon mendapatkan informasi yang cukup mencengangkan dari kakak sepupu Emely, bahwasanya Emely memiliki perasaan kepada Leon lebih dari sekedar teman. “Kamu menjalin KOMITMEN pertamamu koq malah sama orang lain Leon? Kenapa kamu tidak mempersembahkannya pada Emely yang jelas menyayangimu jauh sebelum kamu kenal Ivana?!”. Pertanyaan itu seakan menampar keras sehingga membangunkan Leon dari tidur panjang yang sarat dengan mimpi – mimpi indah penuh kekaguman bersama Ivana Novy.
Berhari – hari Leon memikirkan pertanyaan sekaligus informasi tentang Emely, di hati Leon terus bertanya – tanya, “apa benar selama ini Emely memiliki perasaan yang begitu dalam padaku?!, Betapa bodohnya aku tidak bisa memahami perasaan itu?!, dulu ketika berdekatan seringkali aku salah tingkah, bahkan entah kenapa aku merasa ingin marah tidak jelas jika melihat dia dekat dengan orang lain, apakah itu artinya aku juga menginginkannya lebih dari sekedar teman?! Apakah aku menyayangi Emely?!...”
Disinilah tampak jelas sifat egois dari seorang Leon, satu sisi Leon tengah bahagia dengan ikatannya bersama Ivana namun disisi lain dia juga terus penasaran dengan perasaan Emely yang sesungguhnya kepada dirinya. Menurut Leon pertemanannya dengan Emely dari masa kecil hingga kini sangatlah berarti dan tidak seharusnya dilupakan begitu saja. Meskipun kenyataannya beberapa bulan terakhir memudar bersama hadirnya Ivana dihati Leon. Namun keraguan dan kegalauan untuk menyelesaikan kebimbangan hati Leon antara teman masa kecil penuh kenangan dengan sosok yang sangat mengagumkan serta penuh inspirasi meniti pengalaman – pengalaman baru terus berkecamuk dalam hati, fikirannya. Hingga pada akhirnya Leon memutuskan untuk mengakhiri ikatan penuh kekagumannya bersama Ivana. Leon berdalih ingin menjalin ikatan persahabatan saja dengan harapan tidak akan ada yang tersakiti satu sama lain baik saat ini maupun masa mendatang. ( Ivana maaf atas keegoisan Leon yang lebih mementingkan pertemanan masa kecilnya dan mengabaikan ketulusan cintamu ).
Mendapatkan pemutusan sepihak dari Leon tampak Ivana tidak bisa serta merta menerima begitu saja, apalagi keputusan itu tidak disertai alasan yang jelas. Pernah Ivana meminta klarifikasi dari ungkapan Leon tentang niatnya menjalin persahabatan dengan duduk bersama bicara 4 mata dari hati ke hati, tapi Leon enggan menanggapinya. Entah karena sudah tidak peduli lagi dengan perasaan Ivana atau mungkin kenyataan bahwa Leon tidak cukup berani untuk berkata tidak didepan mata Ivana, hanya Leon yang tahu jawaban sesungguhnya. Yang jelas itikad Leon untuk menjalin persahabatan tinggalah angan semata, nyatanya kedekatan yang mereka jalin selama ini pudar begitu saja dan hilang tanpa bekas.
Dalam kondisi yang lain Leon mulai mencoba untuk mendekati kembali teman masa kecilnya Emely Fibe. Terang saja kedekatan Leon dan Emely terajut kembali seperti dulu yang pernah mereka alami. Saling berbagi, bersendagurau, menangis, tertawa bersama, memang tampak sangat dekat bahkan bisa dikatakan kedekatan yang spesial. Tapi Leon merasakan kebersamaan ini bukanlah asmara seperti halnya apa yang disampaikan kakak sepupu Emely beberapa minggu yang lalu. Leon belum menemukan sorot kasih mendalam dari mata Emely. Sedangkan keputusan sudah ia ambil Ivana telah ia tinggalkan, menunggu isyarat cinta nyata dari Emely adalah satu – satunya pilihan tersisa saat ini. Bahkan dalam perasaan yang ragu dan menunggu ini sebenarnya pernah satu hati mencoba merasuk kedalam jiwa Leon. Adalah Tania Willys siswi kelas 8. Leon pernah memperhatikan Tania untuk pertama kalinya ketika pelaksanaan “Jelajah Jejak” kebetulan kala itu ia sebagai panitia pelaksana kegiatan dan bertugas menguji peserta dalam Baris Berbaris. Tepat diatas bukit “Kiteran” Leon menguji regu 5 dengan 4 peserta yang diantaranya adalah Tania Willys. Sekilas Leon perhatikan Tania tampak cantik dengan paduan seragam pramuka dan tas gendong bergaris orange cerah ditambah kemampuan Berbaris yang setandar cenderung banyak salah, sehingga menjadikan interaksi Leon kepada Tania sedikit lebih banyak dibanding anggota regu lainnya. Dari kejadian itulah Leon mulai sering memperhatikan Tania, termasuk kebiasaan Tania menggigit bibir bawahnya yang tampak lebih manis dipandangan Leon. Sayang perhatian itu tidak bisa Leon ungkapkan kepada Tania karena teman sejawat Leon sebut saja “Zaeyl Phin” dan “Romaryo Dhin” sahabat Leon ternyata telah lebih dulu menaruh hati pada Tania.  Jelas Leon tidak mau kehilangan sahabat baiknya Romaryo dan juga bermusuhan dengan Zaeyl untuk merebut Tania dari mereka berdua. Dalam diam Leon tetap saja curi – curi perhatian Tania dengan cara sesamar mungkin demi menjaga perasaan ke 2 sahabatnya. Terkadang Leon suka menyendiri diatas batu “Goa Tepung” tepat menghadap ke arah Rumah Tania dengan harapan bisa melihat si pencuri hati meski dalam kejauhan dan tidak bisa dipastikan juga apakah gadis didalam rumah itu tahu perasaanya ataukah tidak.
Teka teki tentang perasaan Tania kepada Leon akhirnya terjawab dalam moment “Misteri Goa Tepung”. Hari itu kamis pulang sekolah lebih awal dari biasanya dan sebagian anak – anak sepakat untuk main dulu ke Goa Tepung sekedar menghilangkan penat setelah melewati rutinitas kegiatan sekolah. Entah bagaimana awalnya hingga Leon dan Zaeyl juga ikut serta dalam rombongan pelancong Goa tersebut, padahal rumah mereka kearah sebaliknya. Sedangkan Cuardado, Windha, dan Tania memang sejalan dengan arah pulang. Awal expedisi penelusuran perut Goa semuanya baik – baik saja, beramai –ramai masuk dengan penerangan cermin yang diatur sebagai pemantul sinar matahari dari mulut Goa. Begitu Leon keluar dari Goa barulah keanehan mulai terlihat, tampak Zaeyl diatas Goa marah – marah penuh emosi sedang beberapa saat sebelumnya Tania melintas kearah pulang dengan tergesa – gesa. Leon langsung bisa menyimpulkan bahwa telah terjadi sesuatu antara Zaeyl dengan Tania. Khawatir hal buruk menimpa Tania, Leon menarik tangan Cuardado untuk menyusul kearah pulang Tania. Upaya pengejaran yang dilakukan Leon dan Cuardado menuai titik terang. Setelah beberapa saat menuruni bukit Goa tepung tampak di kaki bukit Tania berjalan beriringan dengan Windha, mereka terlihat sedang dalam perbincangan yang serius. Tanpa permisi lagi Leon dan Cuardado menghampiri keduanya, “Tania kenapa tadi kamu kabur dari Zaeyl? Zaeyl ngapain kamu?” ucap Leon dengan nada cemas, meskipun Leon tahu bahwa Zaeyl “nembak” Tania. Tapi Leon ingin dengar langsung dari pengakuan Tania sekaligus jawaban yang dia berikan pada Zaeyl. “Jangan disini ceritanya mending di rumah saya saja” Windha mengajukan penawaran. “Setuju..!!! sambil minum yang seger – seger ya...?!” sergap Cuardado. Akhirnya mereka ber-4 sepakat melanjutkan perjalanan menuju rumah Windha. Sepanjang perjalanan tampaknya Cuardado dan Windha sengaja memberikan kesempatan pada Leon dan Tania agar lebih dekat, mereka sengaja asyik ngobrol berdua jauh di depan meninggalkan Leon dan Tania. Rasa penasaran Leon tentang “penembakan” yang dilakukan Zaeyl akhirnya memaksa Tania untuk bercerita detail kejadian demi kejadiannya dan benar saja Zaeyl memang menyatakan perasaannya kepada Tania tapi Tania belum memberikan jawaban. Dari penuturannya ada keraguan dalam hati Tania mengenai track rekord dan perilaku Zaeyl sehari – hari di sekolah. Setelah banyak saling cerita entah bagaimana misteri perasaan mereka berdua akhirnya terungkap dengan sendirinya, tidak lagi tentang Zaeyl tapi fakta bahwa Leon memendam rasa pada Tania dan sebaliknya ternyata Tania juga tertarik pada Leon. Meski akhirnya Leon tahu perasaan Tania sama dengan yang Ia rasakan tapi sepanjang perjalan sampai dengan tiba di rumah Windha perang bathin terus berkecamuk dalam hatinya. Leon paham betul tabiat Zaeyl kawannya itu pasti akan berbuat nekat bila keinginannya tidak terpenuhi, bisa saja Leon egois menyambut perasan Tania dengan resiko pasti bermusuhan dengan Zaeyl dan perlakuan buruk Zaeyl pada Tania juga mungkin saja terjadi. Berfikir keras bagaimana caranya dia harus bisa mencegah resiko – resiko terburuk itu agar tidak menjadi kenyataan, akhirnya Leon memutuskan untuk mengalah demi kebaikan Tania dan juga dirinya.
Di dalam rumah Windha pada sebuah kursi panjang membelakangi cendela sebelah kanan, dengan berat hati Leon bersandiwara, “Tania, saya tidak bisa menerima kamu menjadi kekasihku. Saya sudah ada satu hati yang tidak mungkin untuk saya khianati”. ( Yang dimaksud Leon adalah hati “Emely Fibe”, tapi itu bukanlah alasan yang sesungguhnya karena jelas Leon belum menemukan perasaan cinta dimata Emely, faktanya adalah kekhawatiran Leon pada kemungkinan Zaeyl akan berbuat “NEKAT”. Maafkan Leon telah memupuskan perasaan Tania dan percayalah Leonpun juga memupuskan perasaannya sendiri yang telah lama terpendam dalam hati ). Mendengar pernyataan Leon seperti itu Tania seketika itu juga berdiri dan meninggalkan ke tiga temannya tanpa kata, tanpa penyangkalan, hanya samar tampak meneteskan air mata kemudian pergi dan menghilang. Jelas Leon merasa paling berdosa atas ucapannya terhadap Tania, maka ia putuskan untuk mengejar Tania dan berniat memberikan pengertian serta penjelasan yang sebenarnya. Namun langkahnya terhenti ketika Ia mendapati Zaeyl tampak sangat marah penuh emosi menghadang Leon di halaman rumah Windha tersebut. “Maksud kamu apa Leon?! Mau merebut Tania dari saya?! Kamu kan tahu saya suka Tania dari dulu! Kawan macam apa kamu Leon?!!” Zaeyl bertanya seraya membentak. “Sabar Zaeyl, kamu jangan salah Faham. Saya tidak ada niatan ngrebut Tania dari kamu” jawab Leon. “Nggak mungkin! Nggak percaya saya! Awas kalau benar dugaan saya!!” sambung Zaeyl. Leon berfikir sejenak, bagaimana cara untuk menyudahi perdebatan emosional ini. “ Saya serius Zaeyl, kalau kamu ragu tanya langsung saja sama Tania”. Tanpa berkata lagi Zaeyl pergi dengan sepeda motornya untuk mengejar Tania. Sedangkan Leon, Cuardado dan Windha masih tampak terpaku dengan pemikiran masing – masing atas keributan yang barusan terjadi. Terlebih Leon dalam fikirannya banyak terlintas kemungkinan – kemungkinan buruk yang akan timbul dari keributannya dengan Zaeyl, bila sampai terjadi permusuhan pasti Zaeyl akan menerornya sampai kapanpun. Membayangkan saja sudah pasti sangat menakutkan bagi Leon ( merasa jadi pengecut ). Setengah jam berlalu keheningan masih sesekali terjadi dalam rumah Windha, hingga akhirnya Leon memutuskan untuk pamit bersama Cuardado menuju rumah masing – masing.
Sekitar jam 2 sore Romaryo sedang bermain di rumah Leon dan terlihat sangat antusias mendengarkan cerita dari Leon. Betul sekali Leon memang sedang menceritakan kaributan yang terjadi di rumah Windha beberapa jam yang lalu, Romaryo tertarik karena ada kaitannya dengan Tania ( pengagum gelap Tania ). Leon sudah tidak lagi mempertimbangkan perasaan Romaryo jika akhirnya tahu bahwa Zaeyl telah “menembak” Tania dan juga fakta bahwa ternyata Tania menyukai Leon. Misi Leon hanyalah bagaimana mendapatkan dukungan dari sahabatnya Romaryo untuk menghadapi Zaeyl yang mungkin akan berbuat “nekat” karena tidak berhasil mendapatkan Tania. Memang Romaryo adalah sahabat terbaik Leon dari kecil, setiap keluh kesah, permintaan Leon apapun itu pasti di iyakan oleh Romaryo tidak terkecuali dalam kasus ini, meskipun Leon tahu hati Romaryo tengah hancur. Ketika tengah serius bercerita tiba – tiba tatapan Leon terpaku pada sosok remaja dari kejahuan membawa sebuah golok berjalan kearah mereka berdua. Adalah Zaeyl berjalan diantara rerumputan yang berjatuhan karena sabetan golok ditangan kanannya. Tidak bisa disembunyikan lagi ketakutan kembali menyelimuti hati Leon meskipun Romaryo telah berusaha keras menenangkan dengan semua kata bijaknya disertai sikap tenang penuh keteguhan hati. Ingin rasanya Leon masuk rumah dan menutup pintu rapat – rapat, tapi melihat ketenangan Romaryo dia jadi berfikir ulang dan sembari mencari pembenaran atas dirinya. Toh memang Leon dengan Tania tidak sampai “jadian” maka tidak ada alasan Zaeyl untuk menyalahkan dirinya jika tidak bisa mendapatkan hati Tania. Kecuali jika Tania mengatakan hal sebaliknya, habislah riwayat Leon kali ini.
“Deg, deg, deg”, Zaeyl telah berdiri di hadapan Leon dan Romaryo. Menatap Leon sejenak, “makasih Leon, saya tahu kamu tidak akan makan teman” ucapan Zaeyl laksana hujan ditengah kemarau teramat panjang, sungguh menenangkan hati Leon dan sekaligus mencairkan suasana tegang mereka bertiga. “iya lah, teman memang harus saling memahami brow” jawab Leon berusaha bersikap setenang mungkin. Zaeyl yang tampak biasa saja tanpa dosa melanjutka kata – katanya. “ Leon saya sangat menginginkan Tania, tolong bantu yakinkan dia untukku ya”. Leon berfikir sejenak sambil melirik kearah Romaryo yang masih tampak biasa saja. “Ok saya bantu sebisa saya, tapi saya minta jangan sampai kamu permainkan perasaan Tania ya?!”. “saya janji akan menjaga Tania dengan sepenuh hati” ucap Zaeyl. “Siep! Saya pegang janjimu, kalau sampai dilanggar berhadapan sama saya” tantang Leon sok jagoan. Zaeyl pun berlalu meninggalkan Leon dan Romaryo. Antara lega dan sedikit penyesalan terbersit di fikiran Leon, karena dia yakin apa yang dia sepakati dengan Zaeyl itu menyakiti hati sahabatnya Romaryo sekaligus menyayat hatinya sendiri  bahkan memupuskan harapannya untuk memiliki Tania.
Dua minggu berselang Leon tidak melakukan apa – apa untuk meyakinkan hati Tania, tapi yang Leon dengar Zaeyl memang sudah resmi “jadian” dengan Tania. Ya sudahlah, semoga Tania bahagia dengan pilihan hidupnya dan Zaeyl bisa menepati janjinya. Meskipun tidak meyakinkan. Dan Leon pun tetap menjalani harinya meski dengan rasa kehilangan dan patah hati. Kebetulan sekolah mengadakan pelatihan PBB untuk seleksi lomba berbaris tingkat SMP se-Kecamatan, sehingga Leon bisa menyibukkan diri didalamnya. Pelatihan terus diikutinya sampai terbentuk regu pilihan sebagai perwakilan sekolah kelak ke Kecamatan. Pada regu tersebut didalamnya terpilih juga nama Yolla Susan yang kala itu masih menjalin hubungan dengan Henderson Yhon. Tampak kemesraan mereka begitu natural dan penuh kehangatan. Iri terkadang muncul dalam hati Leon melihat hubungan mereka bila mengingat masa lalunya yang telah kandas bersama Ivana Novy dan menggantungnya hubungan dengan Emely Fibe bahkan kehilangan Tania Willys karna pertemanan.
Sebulan setelah pelaksanaan Lomba PBB Leon mulai sering nongkrong di kelas 9C ( kelas Yolla Susan ). Meskipun sudah tidak lagi dalam satu regu tapi keakraban diantara para peserta lomba masih tetap terjalin. Awalnya Leon bermaksud untuk mencari informasi tentang “Triyani”, seorang gadis yang bisa dibilang kurang populer tapi menurut Leon sebenarnya cukup cantik hanya karena tidak banyak bergaul jadi tidak semua siswa mengenalnya. Sempat beberapa informasi berhasil terhimpun, diantaranya rumah tinggal doi hingga kegiatan lain diluar sekolah sebagai penyanyi. Tapi entah kenapa intensitas pertemuan Leon - Yolla yang semakin sering membuat Leon merasa nyaman. Terlebih setelah tersebar kabar bahwa Yolla sudah tidak lagi menjalin hubungan dengan Henderson membuat Leon semakin leluasa untuk terus dekat dengan Yolla. Pendekatan yang intens ternyata memunculkan butiran2 cinta dihati keduanya, bak pepatah jawa “witing tresno jalaran soko kulino”.( Henderson, maafkan Leon, bukan bermaksud merebut Yolla darimu tapi yang Leon tahu kalian sudah tidak ada ikatan lagi, makanya Leon berani mendekati Yolla. Sekali lagi Leon minta maaf jika lancang ).
Beberapa bulan menjelang pelaksanaan ujian nasional Leon akhirnya benar – benar “jadian” dengan Yolla. Pertimbangan Leon adalah nyaman bersama Yolla dan yakin jika Yolla bisa terima Leon apa adanya. Sebagai bukti nyata Yolla pernah berkunjung kerumah Leon ketika sedang sakit, maka secara tidak langsung Yolla telah menyaksikan kehidupan ekonomi Leon seperti apa. Ini kali kedua Leon merasakan kemesraan asmara setelah perpisahan dengan Ivana Novy. Kerinduan, kebahagiaan, kasih sayang mulai merasuk kembali dalam sanubari Leon. Hubungan kali ini tampak  lebih dewasa dengan adanya saling pengertian serta tidak cepat terbakar api cemburu. Faktor utamanya adalah sosok Yolla yang begitu meyakinkan hati penuh kelembutan lengkap dengan sikap keibuan yang ia miliki. Sungguh beruntung Leon bisa memiliki Yolla. Bulan demi bulan telah mereka lalui bersama hingga perpisahan masa SMP terjadi dan itu benar menjadi pemisah jarak antara Leon dengan Yolla. Hakikatnya Leon dan Yolla sepakat untuk sama – sama melanjutkan pendidikan pada sekolah yang sama dengan mendaftar ke “SMAPA”, namun takdir mengatakan lain. Leon diterima sebagai siswa SMAPA sedangkan Yolla harus rela menjadi siswi SMANDA sebagai pilihan sekolah kedua. Jarak benar telah memisahkan Leon dan Yolla, lokasi SMAPA dengan SMANDA cukup jauh dan lebih parah lagi jarak rumah mereka juga sama jauhnya. Sesekali bila beruntung mereka bisa bertemu di angkot saat pulang sekolah itupun sangat jarang terjadi. Tapi sekali lagi sikap dewasa yang menyelimuti hubungan mereka masih mempertahankan komitmen dan semuanya masih baik – baik saja.
Sebenarnya ketimpangan kelas ekonomi antara Leon dan Yolla bukanlah hal yang mudah bagi Leon. Rasa minder dan canggung terhadap keluarga Yolla tetap saja menjadi momok bagi Leon. ditambah lagi kabar sekitar yang mengatakan ayah Yolla sangat protektiv dan perfeksionis. Sehingga saat Yolla ulang tahunpun Leon tidak punya keberanian untuk berkunjung sekedar memberikan ucapan selamat. Dipaksakan sekalipun seperti tidak punya nyali sama sekali, padahal malam itu Leon sudah dua kali melintas di depan rumah Yolla. Pada akhirnya Leon menitipkan ucapan dan hadiah yang telah ia siapkan untuk Yolla pada teman sekelasnya waktu SMP dan kebetulan juga merupakan teman sekaligus tetangga Yolla. Adalah Seppry Tho. Dan sampai sekarang Leon tidak tahu pasti apakah titipannya itu sampai kepada Yolla atau tidak. Meskipun beberapa kali bertemu dengan Yolla tapi Leon tidak pernah menyinggung tentang hadiah yang ia titipkan melalui Seppry. Selain nilai hadiah yang tidak seberapa juga sikap Yolla yang biasa saja membuat Leon ragu untuk membahasnya. ( biarlah Tuhan yang tahu kebenarannya,  maaf juga pada Seppry Tho atas prasangka buruk Leon ).
Setahun pertama hubungan terpisah jarak Leon – Yolla masih berjalan mulus dengan sesekali pertemuan singkat yang penuh makna. Mamasuki tahun kedua Leon merasa semakin jauh jarak itu memisahkan, apalagi Yolla kini lebih sering diantar jemput oleh ayahnya. Sekuat hati Leon coba tetap bertahan dalam kerinduan yang semakin hari semakin menggunung. Hingga beberapa minggu jelang ulang tahun Yolla, seorang teman sekelas Leon sebut saja “Dewi” yang rumah tinggalnya berdekatan dengan SMANDA memberikan sebuah amplop pada Leon berisikan sepucuk surat tertulis “from Yolla”. Kala itu hati Leon bergetar setelah sekian lama memendam rindu akhirnya akan segera terobati. Meski harus bersabar hingga pulang sekolah tiba untuk menghindari agar surat  tidak tersita oleh wali kelas.
Saat yang ditunggupun tiba, Leon bergegas naik kedalam angkot dan mengambil posisi paling belakang agar tidak ada yang mengganggu kekhusu’an dalam menelaah isi surat dari Yolla. Tertulis “kamu dan Yolla itu masih sama – sama sekolah. Tugas kalian adalah belajar untuk membanggakan kedua Orang Tua. Jadi jangan pacaran dulu, jangan ganggu konsentrasi belajar Yolla dan kamu sendiri”. ( tertanda “Ayah Yolla” ). Emosi Leon memuncak seketika, surat itu diremas habis dan dihempaskan keluar jendela. Hancur hati Leon, kerinduan kini berubah jadi benci untuk menerima kenyataan bahwa Ayah Yolla tidak suka dengan hubungan mereka. Merasa terhina karena mungkin orang miskin seperti Leon  tidak pantas berhubungan dengan Yolla. Semua prasangka buruk Leon terhadap keluarga Yolla telah merasuki akal sehatnya. Bahkan Leon berniat untuk melampiaskan amarahnya itu pada Yolla. Syukurlah kesempatan untuk bertemua Yolla tidak pernah terjadi karena mungkin sudah diantisipasi oleh ayah Yolla dengan antar jemput anaknya setiap hari agar tidak bisa bertemu dengan Leon.
Hari ulang tahun Yolla tiba, momen itu dimanfaat Leon untuk menjawab teguran dari ayah Yolla. Kepada Dewi, Leon menitipkan hadiah khusus untuk Yolla. Sebuah kotak korek api dibalut kertas kado sangat rapih berisikan 2 buah batre jam dinding bekas dan sobekan kertas bertuliskan  kata – kata perpisahan lumayan “kasar”. Masih dengan sisa – sisa emosi untuk balas dendam dan sakit hati yang teramat dalam.
Beberapa hari selanjutnya Leon mendengar kabar jika “Yolla tengah bersedih atas pemutusan sepihak yang dilakukannya, bahkan Yolla tidak bisa mengerti kenapa Leon tega melakukan hal itu pada dirinya”. Dari kabar itu membuat hati Leon mulai tersadar kembali jika apa yang telah  Ia lakukan itu salah. Namun nasi telah menjadi bubur, Toh jikapun Yolla tidak tahu menahu dengan surat yang dikirimkan Ayahnya, tetap saja pada intinya Ayah Yolla tidak setuju atas hubungan yang terjalin Leon dan Yolla. Leon harus ikhlas untuk berpisah dengan Yolla. ( Yolla, maafkan kecerobohan Leon dalam menanggapi “Surat Teguran” atas nama Ayah Yolla. Seharusnya Leon bisa lebih dewasa bersikap dan mencari tahu dulu kebenaran surat tersebut dengan mengkonfirmasikan langsung pada Yolla, bukan justru mengambil kesimpulan sepihak dengan dugaan jika Yolla juga terlibat dalam penulisan surat tersebut.  Seharusnya surat itu tidak langsung Leon buang sehingga bisa ditunjukkan langsung kepada Yolla. Sekali lagi Leon minta maaf yang sedalam – dalamnya jika telah menyakiti hati Yolla ).
Kehilangan  dan Jomblo, lagi – lagi merekat pada status Leon, diapun putuskan untuk ambil kost di sekitar SMAPA. Pulang pergipun juga sudah tidak ada lagi yang diharapkan untuk berjumpa dalam perjalanan seperti dulu lagi. Sekaligus upaya mencegah semua kenangan indah itu terngiang kembali saat tak sengaja berjumpa. Leon menghabiskan waktu di kost-an dengan berbagai kegiatan seperti ikut latihan “klub Bola kampung mingguan” dan lebih sering nongkrong dipinggir pantai “Teleng Ria” hampir setiap sore kecuali sabtu – minggu karena harus pulang kampung. Hari senin berikutnya kembali lagi ke sekolah dengan berbagai perbekalan untuk satu minggu kedepan di kost-an. Semasa nge-kost tersebut, Ada beberapa hati pernah mencoba untuk singgah pada kehidupan Leon, setidaknya salah satu dari 3 hati itu cukup cocok dengan Leon. Namun karena Leon terlambat memahami akhirnya hati itupun menghilang begitu saja. Sedangkan 2 hati lainnya bagi Leon hanyalah teman biasa meski tampaknya mereka menginginkan lebih dari sekedar teman.
Enam bulan berlalu, satu dan lain hal mengharuskan Leon menempuh perjalanan sekolahnya seperti dulu lagi dengan pulang – pergi. Bersyukur fasilitas berupa motor “KHARISMA X” warna silver – biru diberikan padanya seiring perekonomian keluarga Leon yang semakin membaik setelah kedua orang tuanya pulang dari perantauan dan memutuskan buka usaha sendiri dikampung halaman.
Dengan fasilitas motor kini waktu dan lokasi jelajah Leon semakin flexibel yang secara tidak langsung memperluas area “tebar pesona” penuh petualangan bersama “Kharisma”. Dan benar saja diawal kelas 12 Leon telah mengunci target “perburuan hatinya”. Dia adalah “Airies Yull”, siswi kelas 10 SMAPA, mukanya yang elok jadi alasan Leon terpikat hatinya. Beberapa kali diajak bertemu Leon telah berhasil mendapatkan hati Airies. “Airies aku suka kamu, mau ngga jadi pacarku?” ucap Leon dibawah pohon kelapa pinggir pantai Teleng. “Kalau Kakak serius saya mau jadi pacar Kakak” jawaban langsung oleh Airies sore itu.( tampak begitu mudah, entah dari dalam lubuk hatinya atau hanya emosi sesaat jawaban yang diberikan Airies tersebut ). Nyatanya hubungan Leon – Airies hanya bertahan tidak lebih dari 3 bulan.
Pagi itu hari raya lebaran ke 5, sebulan penuh Leon tidak berjumpa dengan Airies karena libur sekolah dan rindu sudah pasti. Akhirnya Leon inisiatif bersama dua rekannya “HR” dan “DD” berkunjung ke rumah Airies dengan maksud melepas rindu sekaligus berlebaran dengan keluarga besarnya. Riska adik dari Airies menyambut dengan hangat serta mempersilahkan Leon dkk masuk. Tidak lama berselang Airies yang tampak makin cantik menghampiri Leon. “kak, kita sama – sama egois, sebaiknya kita sudahi saja hubungan ini. Kita PUTUS”. Leon tidak berkata apapun, hanya sejenak menatap mata Airies dan Ia dapati Airies memang sungguh – sungguh dengan ucapan tersebut. Merasa tidak perlu dibahas panjang lebar Leon mengajak kedua temannya untuk berpamitan. Meninggalkan kata – kata penghancur hati itu sesegera mungkin dan sejauh – jauhnya. Dalam perjalanan pulang ke rumah “DD”, dalam hati Leon terus merenungi kata – kata Airies, “dimana letak EGOIS saya? Mungkin saya selama ini banyak memaksakan kehendak pada Airies, apa mungkin karena selama sebulan terakhir saya tidak pernah menghubungi Airies?  Atau mungkin Airies telah mendapatkan hati “JACOB” cowo idamannya jauh sebelum dia kenal saya?” pertanyaan – pertanyaan itu tidak pernah terjawab sampai saat ini, karena memang Airies tidak pernah memberikan penjelasannya. ( Mungkin ini adalah karma atas apa yang dulu pernah Leon lakukan pada Ivana Novy dan tidak lupa mohon maaf jika telah membuat kehidupan Airies tidak nyaman selama kenal dengan Leon ).
Sebulan dua bulan kehidupan Leon kembali dalam kesendirian, hingga suatu ketika dalam perjalanan pulang sekolah Ia berjumpa kawan lama di “pertigaan sumber atas”. Yup Windha Arty teman semasa SMP dan saksi hidup peristiwa “Misteri Goa Tepung”. Kala itu Windha turun dari angkot bersama kakak sepupunya “BR”, Leon sempatkan ngobrol sebentar sembari mengiringi langkah keduanya hingga sampai dipuncak pendakian, kemudian Leon pamit untuk melanjutkan perjalanan pulang. Pertemuan kedua Leon beranikan diri untuk mengantar Windha sampai dekat rumahnya. Pertemuan ketiga Leon sudah berani mengantar langsung sampai kerumah, karena semasa SMP sudah beberapa kali pernah main ke rumah Windha sehingga sedikit banyak keluarga Windha telah familiar dengan Leon. Pertemuan selanjutnya Leon resmi “jadian” dengan Windha dan ini merupakan hubungan pertama bagi Leon yang sepengetahuan orang tua dari cewe yang Ia pacari. Juga sebuah kebetulan bahwa Kakek – Nenek Windha ternyata pernah mengenal Nenek Leon. Sempat terfikir oleh Leon, ini sepertinya yang dinamakan jodoh. Padahal dulu pernah bersama selama 3 tahun di SMP tapi rasa itu baru muncul sekarang, setelah terpisah lebih dari 2 tahun. Semakin hari Leon terus bertambah akrab dengan keluarga Windha, terutama Kakek dan Neneknya. Bahkan terkadang Leon sengaja datang justru untuk mengunjungi kedua manula tersebut meski Ia tahu Windha sedang tidak dirumah.
Kegemaran Windha mendengarkan RADIO seringkali menyajikan lagu – lagu lantunan cinta seperti halnya “Dealova” yang sampai sekarang masih menjadi kenangan tersendiri bagi Leon. Pernah suatu ketika Windha ngajak Leon mengunjungi seorang Nenek yang merupakan Ibu dari kakak sepupu jauhnya. Sang Nenek hanya tinggal seorang diri dirumah sederhana sedang putrinya merantau sejak Tamat SMA 2 tahun yang lalu. Diluar dugaan Leon menyaksikan kelebihan lain seorang Windha, sebuah keterampilan wajib bagi calon ibu, memasak. Menjadi istemewa dengan segala keterbatasan bahan dan bumbu ternyata Windha mampu menghasilkan citarasa masakan yang terbilang enak bagi lidah Leon. Kekaguman Leon bercampur haru menyaksikan kepedulian Windha pada Nenek tua itu hingga tampak secercah kebahagian tersirat jelas dalam wajah keriput sang Nenek. “Sungguh calon istri idaman”, fikir Leon.
Windha termasuk anak yang tergolong supel, terbukti pada resepsi pernikahan anak pemilik kost-an Leon yang dulu pernah tinggal, Ia tidak canggung untuk membaur dengan keluarga Ibu Kost dan teman – teman Leon meskipun tidak pernah kenal sebelumnya. Tapi entah kenapa saat sesi foto bersama keluarga pengantin Windha justru kabur. ( Mungkin karena merasa diabaikan Leon atau bosen entah apa alasan sesungguhnya hanya Windha yang tahu ). Di sekolah Windha aktif dalam ekskul PMR begitupun Leon juga aktif pada kegiatan Pecinta Alam, tidak berkaitan memang tapi jadi terkait kala mereka memutuskan untuk bertukar Atribut organisasi dan berjanji akan saling menjaga atribut tersebut berupa” jacket almamater” simbol kebesaran sebuah organisasi. Sekaligus menjadi bukti keseriusan hubungan mereka berdua agar semakin saling memiliki. Jiwa seni sepertinya juga dimiliki oleh Windha, sebagai contoh pernah ia menuliskan nama lengkap Leon dalam bentuk kaligrafi sederhana dan memang enak dipandang mata. Bahkan salah satu penggalan nama yang dituliskan Windha kala itu oleh Leon dijadikan sebagai “tanda tangan” dan masih tetap digunakan sampai saat ini. ( Terimakasih Windha atas inspirasi yang indah itu ).
Tanpa terasa hampir setahun Leon – Windha saling memadu kasih, kebanyakan hari – hari mereka memang hanya dihabiskan dengan bercengkerama dirumah Windha. Tapi meskipun sering banyak kesempatan hanya berduaan tidak pernah mereka berfikir untuk melanggar batasan agama maupun norma – norma adat. Dan memang bukan gaya Leon untuk berpacaran secara “FULGAR” seperti halnya anak – anak jaman sekarang. Meskipun telah kali keempat berpacaran Leon selalu menjunjung tinggi martabat dan kehormatan pasangannya.
Hari rabu jelang sore di Goa Tepung bisa dikatakan sebagai pertemuan terakhir Leon – Windha. Kala itu Windha memberikan sebuah bungkusan berisi kemeja warna hitam dengan corak tulisan jepang merah hati, oleh – oleh dari perantauan Ayahnya. Dalam pertemuan itu hati Leon sudah mulai bimbang dengan perasaannya dan keadaan. Satu sisi Leon masih menyayangi Windha disisi lain lingkungan Windha tidak suka dengan kehadiran Leon. Setidaknya sudah 3 kali Leon dijahili anak muda kampung Windha. Pada puncaknya ketika Leon dapati ban motor bagian depannya kempes abis, sedangkan kondisinya adalah malam hari. Sehingga Leon harus memaksakan motornya jalan mencari tambal ban terdekat. Tambal ban dipuncak pendakian yang biasa Leon tambah angin ternyata sudah tutup malam itu. Perjalanan paksa motor berlanjut hingga ke pinggiran Kota Pacitan barulah menemukan satu bengkel yang masih buka. Niat Leon hanya menambah angin karena sangat yakin ban itu hanya dikempesin tangan jahil dan tidak mungkin bocor, tapi setelah diperiksa abang bengkel ban dalam hancur karena dipaksakan jalan berkilo – kilo dengan kondisi kempes. Dengan kesal Leon mengganti ban dalam baru dan lebih parahnya velg depan juga harus disetting ulang karena banyak lengkungan akibat benturan langsung dengan Aspal dan bebatuan jalan. Semenjak kejadian itu ke egoisan Leon memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan orang - orang kampung jahil tersebut sekaligus memaksakan diri untuk tidak berkunjung ke rumah Windha. Hal itulah pemicu utama keputusan Leon untuk mengakhiri hubungannya dengan Windha. Dalam benak Leon bagaimana akan menjalani hubungan bila lingkungannya tidak mendukung, yang ada hanyalah kerugian demi kerugian terus membayangi dan tidak menutup kemungkinan suatu saat akan membahayakan diri Leon jika terus dipaksakan. ( Windha maafkan Leon karena terlalu pengecut untuk menghadapi rintangan kecil hubungan kita dan ke egoisan Leon dalam mengambil keputusan yang terlalu gegabah hanya berdasar rasa kecewa dan emosi, tanpa mempertimbangkan perasaan Windha serta keluarga ).

***********

Setidaknya empat hal dari empat hati yang terlukai itu sampai saat ini masih menjadi beban di fikiran Leon. Semoga dengan tulisan ini bisa sedikit menjelaskan dan memberi jawaban atas pertanyaan yang dulu tidak sempat Leon berikan jawabnya. Sekaligus klarifikasi anggapan sebagian orang yang berpendapat bahwa Leon adalah seorang Playboy dengan Hobby menyakiti hati perempuan, maka tulisan inilah fakta yang sebenarnya. Terimakasih kawan semua, jika maaf yang tulus sulit untuk diberikan maka sedikit pengertian saja akan menjadikan hati Leon lebih tenang. Sengaja nama dan tokoh, penulis samarkan agar tidak menyinggung dan merusak citra serta nama baik tokoh yang sebenarnya. Dan bila ada sedikit perbedaan alur cerita ini adalah faktor keterbatasan daya ingat penulis.
Selanjutnya Leon mohon ijin untuk melanjutkan Study ke luar Kota untuk waktu yang lama namun kalian semua adalah kenangan indah bagi Leon untuk selamanya.

        
  Tertanda                              


Leonardo Philip Harson

No comments:

Post a Comment